YAHOO DATA BREACH
Kasus cyber crime yang dialami oleh Yahoo menjadi salah satu pelanggaran data terbesar yang pernah terjadi. Pada tahun 2014, peretas berhasil mengakses data pengguna seperti alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, encrypted passwords, serta pertanyaan keamanan dan jawabannya. Serangan ini membawa dampak pada 500 juta akun pengguna. Meskipun demikian, Yahoo meyakinkan penggunanya bahwa data perbankan tidak terpengaruh dan menyarankan kepada pengguna untuk segera mengubah password yang digunakan.
Kasus ini sebenarnya bukan kasus pertama yang dialami oleh Yahoo. Pada tahun 2012, sebanyak lebih dari 400.0000 password juga telah dicuri oleh peretas.
Para
pengguna email Yahoo menerima surat peringatan terkait keamanan data
penggunanya. Peringatan masif dikirimkan dengan subjek email tentang keamanan
data nasabah.
“Notice of Data Breach”. Yahoo memberikan informasi kepada para penggunanya
tentang masalah keamanan data, yang kemungkinan menyangkut akun Yahoo
penggunanya.
“Kami telah mengambil langkah untuk mengamankan akun Anda dan bekerja sama
dengan aparat penegak hukum,” jelas Yahoo dalam emailnya.
Kasus ini terungkap setelah aparat penegak hukum pada November lalu menyodorkan
data, yang diklaim oleh pihak ketiga sebagai data pengguna Yahoo. Yahoo
kemudian menganalisa data tersebut dengan bantuan ahli forensi dari luar.
Hasilnya menunjukkan bahwa data-data tersebut memang benar data pengguna Yahoo.
“Berdasarkan analisis lanjutan data ini oleh ahli forensi, kami meyakini bahwa
pihak ketiga yang tidak terotorisasi, pada Agustus 2013 mencuri data yang
berhubungan dengan sejumlah akun pengguna,” ujarnya.
“Kami belum bisa mengidentifikasi gangguan terkait aksi pencurian ini. Kami
meyakini insiden ini sepertinya berbeda dari insiden yang kami umumkan pada 22
September 2016," lanjut Yahoo lagi.
Pencurian data kali ini hampir sama dengan kasus sebelumnya yakni melibatkan
pencurian nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahr, dan juga password.
Dalam beberapa kasus, ada pula pencurian data untuk tanya jawab yang
terenkripsi dan tidak. Namun, Yahoo memastikan kasus kali ini tidak pencurian
password untuk clear text, data pembayaran kartu kredit ataupun akun bank.
“Data pembayaran kartu dan informasi akun bank tidak tersimpan di sistem yang
kami yakini terkena dampak,” jelas Yahoo.
Jumlah akun yang terkena dampak ini meningkat dua kali lipat dibandingkan
pembobolan pada 2014 yang diungkap pada September lalu. The Guardian
menyebut angkanya mencapai 1 miliar akun.
Ini merupakan krisis lanjutan yang menerpa Yahoo. Pada 22 September lalu, Yahoo
mengkonfirmasi setidaknya 500 juta akun dibobol. Ini merupakan pembobolan
keamanan internet terbesar dalam sejarah. Yahoo meyakini pembobolan ini
dilakukan oleh “aktor yang disponsori oleh negara” untuk meretas data pada
akun-akun personal di Yahoo.
Pembobolan ini terjadi pada 2014. Data-data yang diambil terkait data pribadi
pengguna, mulai dari alamat email, nama, nomor telepon, tanggal lahir, serta
password. Untuk menjaga agar peretasan serupa tidak terjadi lagi dan melindungi
pengguna lain, Yahoo menganjurkan para penggunanya mengganti password dan
melakukan pengamatan apakah ada transaksi mencurigakan dari akun mereka.
Meski diretas dan dibobol, Yahoo menjamin data yang terkait finansial seperti
rekening bank atau kartu kredit tidak dicuri. Seperti diberitakan CNN,
Yahoo langsung menghubungi dan bekerja sama dengan pihak keamanan nasional
federal Amerika. FBI dan Yahoo saat ini melakukan penyelidikan bersama untuk
mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas pembobolan ini. FBI menganggap
pembobolan ini sebagai serangan terhadap sektor swasta bisnis Amerika yang
berpotensi mengancam keamanan nasional.
Rumor pembobolan ini dimulai Agustus lalu, ketika seorang hacker yang bernama
Peace mengklaim menjual data dari 200 juta pengguna Yahoo. Sebelumnya, Peace
juga pernah mengklaim bahwa dirinya memegang data akun-akun LinkedIn dan
MySpace. Klaim itu kemudian ditindaklanjuti oleh Yahoo yang kemudian menemukan
fakta yang mengerikan bagi perusahaan ini, sebab akun yang dibobol lebih dari
dua kali lipat angka yang disebut oleh Peace. Lebih jauh lagi, pembobolan data
ini akan menurunkan kepercayaan pengguna terkait sistem keamanan Yahoo.
Pembobolan ini pun menarik perhatian publik. Setelah era teknologi informasi,
keamanan internet adalah salah satu isu yang diperhatikan banyak orang di
Amerika. Apalagi ada kasus diretasnya beberapa akun email beberapa pejabat
negara seperti Hillary Clinton, juga bobolnya foto-foto pesohor yang disimpan
pada server Apple. Tahun ini, Presiden Barack Obama mengajukan peningkatan dana
keamanan untuk cyber security. Jika pada 2016 dana keamanan AS ada pada angka
$14 miliar, pada 2017 akan meningkat menjadi $19 miliar.
Berdasarkan rilis resmi Gedung Putih, Obama menerapkan Cybersecurity National
Action Plan. Pemerintah Amerika berencana meningkatkan perlindungan data
digital masyarakatnya. Peningkatan ini menurut pemerintahan Obama merupakan
bentuk kepedulian atas meningkatnya ancaman keamanan nasional di dunia digital.
Sebagian dari $19 miliar itu akan digunakan untuk memodernisasi teknologi di berbagai
agensi federal Amerika. Untuk pembaharuan ini, $3,1 miliar diperkirakan akan
habis dibelanjakan untuk perangkat keras dan perangkat lunak.
Beberapa lembaga pengawas keamanan digital di Amerika menilai program cyber
security yang ada saat ini belum efektif melawan para peretas. Untuk mengatasi
kelemahan itu, pemerintah Amerika Serikat juga menyediakan dana sebesar $62
juta untuk mempekerjakan dan melatih pelaku
jasa keamanan internet pada pemerintahan.
Bobolnya Yahoo membuat anggota senat di AS lebih peduli terhadap keamanan
nasional. Richard Blumenthal, senator dari Connecticut, menyerukan supaya ada
peraturan lebih ketat agar peretasan serupa tak terulang. Menurutnya,
perusahaan penyedia jasa internet seperti Yahoo mesti bekerja keras menjamin data
konsumennya tidak diretas. Blumenthal menilai Yahoo lalai dalam menjaga
keamanan data warganya.
Peretasan ini seakan melengkapi daftar masalah yang sedang membelit Yahoo.
Masalah ini kemungkinan akan menghambat akuisisi Yahoo oleh Verizon. Sebelumnya
Verizon sepakat untuk membeli Yahoo senilai 4,8 miliar dolar. Namun, proses
jual beli ini tidak mudah. Pengacara Verison, Carig Silliman mengatakan bahwa
pencurian data jelas merusak nilai Yahoo. Ia juga menyiratkan bahwa masalah ini
akan direfleksikan pada harga pembelian.
Jadi kesimpulannya jika yahoo ingin lebih berkembang lagi maka harusnya mereka memperkuat pengamanan supaya pengguna yahoo tidak resah lagi terhadap yang mereka hadapi saat ini dan mereka akan lebih yakin dengan yahoo yang mereka gunakan.
Sumber:
https://itgid.org/cyber-crime/
https://tirto.id/lagi-lagi-pembobolan-besar-besaran-akun-yahoo-b9Vo